Kode Saham Akan Dihilangkan, Ini Kata Pakar Bandarmology

By | Februari 26, 2021

Kalangan pelaku pasar sekaligus pakar bandarmology memberikan respons terkait dengan rencana Bursa Efek Indonesia yang berencana menghapus kode perusahaan sekuritas saat perdagangan berlangsung. Nantinya, kode broker baru juga akan terlihat setelah perdagangan berakhir.

Praktisi investasi sekaligus penulis buku Bandarmology, Ryan Filbert, mengatakan dari sudut pandang otoritas bursa dan Self Regulatory Organization (SRO) kebijakan penutupan kode broker saat transaksi bertujuan untuk menghilangkan praktik pembelian – pembelian saham oleh kode broker yang dianggap sebagai market marker.

“Secara pemula iya, bisa berpikir begitu [mempengaruhi ke transaksi], tapi untuk pemain lama, mentransfer saham itu bukan suatu hal yang sulit, saya bisa pindahkan ke tempat lain hanya dengan bayar Rp 25 ribu dengan berapapun jumlahnya bisa saya transakasikan, sehingga secara tidak langsung, proses distribusi atau akumulasi sebenarnya tidak related dengan nama broker,” kata Ryan Filbert, Selasa 24 Februari 2021.

Ryan cenderung bersikap netral merespons kebijakan yang sedang digodok oleh BEI ini. Pasalnya, penghapusan ini relative tidak akan berpengaruh bagi investor yang sudah lama berkecumpung transaksi di pasar modal.

“Jadi pendapat saya cukup netral, dalam kondisi tidak membuat orang ikut-ikutan membeli dalam suatu berita yang bagus, tapi di sisi lain tidak berlaku bagi pemain senior,” ujarnya.

Sebelumnya, BEI akan melakukan penutupan kode broker dalam sistem running trade mulai 26 Juli 2021 nanti.

Menurut Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo, pertimbangan dilakukan kebijakan ini terutama untuk mengurangi adanya kebiasaan menggiring (hearding behavior) pasar ke saham – saham tertentu. Selain itu juga untuk meningkatkan data kelola pasar.

“Meningkatkan market governance dengan mengurangi herding behaviour,” kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Rabu 24 Februari 2021.

Pertimbangan lainnya adalah dari segi teknis. Laksono menyebut dengan ditutupnya kode broker ini akan dapat mengurangi kebutuhan bandwidth data.

Karena tingginya kebutuhan bandwidth ini menyebabkan keterlambatan aktivitas trading mengingat tingginya frekuensi perdagangan akhir – akhir ini.

Laksono menegaskan, penutupan kode broker ini merupakan best practice yang juga dilakukan di bursa saham lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *